Senin, 05 Mei 2014

toko tas

irus Menulis
Menulis memang pekerjaan unik, karena di dalamnya ada godam yang berbingkai berat sekaligus bantal yang terbungkus ringan. Suatu pekerjaan yang sangat berat dan sangat ringan.
Menulis itu tingkat kesulitannya lebih tinggi dibandingkan sekadar bicara. Sebab secara fisik jarak otak ke tangan lebih jauh daripada otak ke mulut. Begitu jauhnya seperti ribuan kilometer jauhnya dalam ukuran kerja syaraf (Pramudya Ananta Toer).
Dikatakan berat bila kegiatan yang japemete dengan me
toko tas
nulis yaitu membaca tidak pernah dilakukan. Bila kita membaca maka otak akan mudah menyalurkan energi pada tangan untuk bergerak menulis. Membaca ibarat menabung gumpalan-gumpalan ingatan dan ide dalam tabung benak.
bung benak telah penuh (padat) maka untuk meluberkan (cair) harus dengan menuangkan dalam gelas tulisan. Setelah tulisan tercipta meski sederhana, maka kekuatan tangan dalam bergerak menulis. Harus terus diasah sampai muncul virus menulis, yaitu virus yang membuat ketagihan untuk terus menulis. Agar virus menulis bertambah ganas, maka kegiatan membaca harus dilakukan dengan gencar dan membabi buta diiringi liukan tarikan tangan yang terus rnenerus bergerak menuntun ide yang ‘terlanjur’ ada seusai membaca menuju taman tulisan.
Walhasil jika sudah terjangkiti virus menulis maka menulis merupakan pekerjaan yang sangat ringan. Seperti ucapan Saut Poltak Tambunan bahwa menulis itu seperti relaksasi saja. Sesuatu yang tak mungkin bisa diimajinasikan dalam tulisan berupa novel atau cerpen.
Maka jika menulis sudah terasa sangat ringan kita lakukan sebaiknya ditindaklanjuti dengan mengakuri pekik Prof Dr Ir Andi Hakim Nasution: “Menulislah dan hiduplah dari menulis”.